ZIKIR MENULIS EWA BUKA KESADARAN KRITIS


Oleh: HE. Benyamine

Menulis?, menulis?, dan menulis!. Menulis sangat mudah, semudah berbicara karena setiap orang telah menulis di otak tentang berbagai hal, tinggal memindahkannya ke media tulis. Betapa mudahnya menulis begitu gamblang dan mengalir saja diuraikan dalam buku-buku Ersis Warmansyah Abbas (www.webersis.com), dengan menekankan setiap orang harus mengarahkan dirinya menjadi guru sekaligus murid yang mempunyai segala potensi diri untuk dikembangkan dan dimunculkan baik secara unik maupun yang bersifat umum, partikular ataupun universal sebagai bagian dari pengalaman hidup.

Salah satu buku yang memprovokasi orang bahwa menulis itu mudah, Virus Menulis Zikir Menulis (2008) yang merupakan buku kelima tentang menulis dari Ersis WA, adalah kumpulan tulisan dari http://www.webersis.com yang merupakan jawaban pertanyaan-pertanyaan dari para blogger dengan berbagai persoalannya tentang menulis. Membaca buku ini memang terbayang kemudahan menulis, yang juga terbayang betapa banyaknya orang yang mengabaikan dan mengesampingkan betapa mudahnya menulis tersebut, khususnya para dosen dan guru. Jelas tergambar bahwa jika dosen/guru mengalami kesulitan dalam menulis, maka jangan tanya kenapa mahasiswa/muridnya sangat ketakutan dengan pelajaran mengarang atau kesulitan menulis.

Menulis sangat mudah gaya Ersis, memang telah menjadi virus yang menggoncang banyak orang, karena banyak pemberontakan dan anarkis terhadap aturan penulisan formal. Tulisan mengalir saja, layaknya orang zikir yang bergema keluar dari mulut tanpa perlu berpikir lagi. Hal ini menjadi masalah bagi kalangan akademis dan institusi pendidikan yang terikat dengan peraturan penulisan yang baku. Rasanya memang tidak salah atau harap maklum, jika dosen menjadi takut menulis, karena harapan pembaca begitu tinggi terhadap tulisan seorang dosen/guru, yang bila tidak sesuai dengan aturan yang baku tersebut sangat memalukan.

Membaca buku-buku Ersis WA tentang menulis, secara tidak langsung telah mendapatkan gambaran betapa dosen/guru, khususnya di Kalimantan Selatan, termasuk kelompok masyarakat yang tidak senang membaca. Bagaimana mau menulis! Seharusnya, kelompok masyarakat yang berprofesi sebagai pendidik ini sudah berada dalam budaya membaca, sehingga kegiatan membaca sudah menjadi habit sebagaimana setiap hari melakukan kegiatan mengajar. Buku-buku yang memotivasi menulis ini penting dibaca oleh kalangan pendidik dan peserta didik, yang tidak perlu (harus) diikuti adalah gaya penulisannya. Karena, betapa tidak enak dan mengganggu profesional seorang dosen/guru yang sebenarnya (dan harus) mampu menulis secara formal namun tetap enak dibaca, tapi karena membaca buku Ersis menjadi cenderung mengikuti gaya penulisannya.

Kemampuan menuliskan pikiran, sehingga mengalir seperti berzikir, memang tidak mudah. Layaknya berzikir, orang yang terbiasa akan lebih cepat dalam pengucapannya dan terjaga harmoni bunyi yang keluar, jelas berbeda dengan orang yang tidak terbiasa. Suara zikirnya saja terkadang sumbang dan terputus-putus. Sehingga, untuk menulis sangat mudah, seseorang harus menjadikan menulis sebagai kebiasaan (habit) sebagaimana didefinisikan Stephen Covey sebagai titik pertemuan antara pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan keinginan (desire).

Harapan mempunyai kemampuan menulis sangat mudah, tidak serta merta dapat diperoleh hanya dengan membaca buku-buku tentang menulis; buku-buku Ersis yang memproklamirkan kemudahan tersebut, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana sebab-sebab yang diuraikan dalam buku tersebut hingga bisa menulis sangat mudah yang perlu menjadi perhatian dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Melakukan perbuatan berdasarkan harapan (raja’) lebih tinggi kedudukannya daripada perbuatan berdasarkan takut (khauf), sebagaimana Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin ungkapkan, yang menegaskan bahwa sebab-sebab yang menguatkan kepada harapan tersebut harus dijaga dan dijalani, karena bila sebab-sebab tersebut hilang maka harapan tersebut tidak ubahnya sebuah angan-angan belaka.

Membangun kesadaran tentang potensi diri, sebagaimana gagasan Paulo Freire tentang pendidikan yang benar-benar membebaskan, yang mencabut parasit adanya perasaan takut kebebasan (fear of freedom) dalam masyarakat, sedikit banyak nampak dalam buku-buku Ersis WA tentang menulis. Setelah membaca buku-buku tersebut, terlihat adanya pemberontakan oleh pengarang terhadap sistem pendidikan saat ini, yang menjadikan orang terjebak pada sikap fanatik dan tertanam dalam bangunan yang menindas tapi tidak mau keluar karena takut keruntuhannya. Beberapa tekanan yang dikemukakan secara provokatif untuk mengarahkan pembaca menjadi sampai memikirkan dirinya yang ternyata merasa demikian bodohnya sebagai suatu titik awal kesadaran telah mulai bersikap kritis.

Namun, ada yang tidak bisa dicegah, titik awal kesadaran kritis ini bila tidak ditunjang oleh budaya membaca, akan menyebabkan orang-orang yang terkena virus menulis ini menjadi seorang fanatik, yang salah satunya adanya peniruan gaya penulisan. Sehingga, perasaan takut kebebasan (fear of freedom) masih menjadi penghambat yang laten, yang memang sangat sulit untuk didobrak, yang memang mengharuskan lebih banyak pihak terlibat.

Dalam dunia maya, tulisan-tulisan di www.webersis.com, yang kemudian dibukukan menjadi beberapa buku tersebut tentang menulis, sangat memberikan pencerahan bagi para blogger, karena mereka dapat mempublikasikan sendiri tanpa perlu terikat peraturan dan adanya penolakan. Namun, virus menulis ini masih perlu ditunjang berbagai keterampilan tambahan untuk dapat masuk ke media massa yang mempunyai pintu dengan rambu-rambu sendiri. Sebagai pemberi motivasi dan pencerahan tentang menulis, buku-buku tersebut sangat menggoncang pembaca yang senang membaca tapi tidak menulis. Zikir menulis yang disenandungkan dapat membuka kesadaran kritis, yang selanjutnya terus bergerak sebagai zikir itu sendiri.

Menulis sangat mudah merupakan pernyataan yang terlalu menyederhanakan, seakan menyembunyikan adanya proses yang panjang dan kerja keras. Hal ini sering membuat orang terbuai. Menulis dalam pengertian menuangkan suatu pemikiran dalam media tulis, khususnya dunia akademis, tidak semudah seperti yang digambarkan dalam buku-buku tentang menulis yang disusun Ersis WA. Tapi, hal ini sudah seharusnya dapat membangkitkan potensi kalangan profesional pendidik (dosen/guru) untuk terlibat mendobrak tembok perasaan takut kebebasan dalam masyarakat. Salah satunya, harus dimulai, pengadaan buku teks pelajaran (paling tidak) untuk Sekolah Dasar di Kalsel sudah dikarang (ditulis, tulis, tulis) oleh kalangan pendidik di daerah ini.

(Terima kasih banyak kepada Pak Ersis Warmansyah Abbas atas hadiah 7 buku, barang sangat berharga sebagai rejeki tak disangka-sangka, hanya Alllah SWT yang dapat membalasnya. Saya sampai lupa minta tanda tangan). Tulisan ini dimuat di Harian Mata Banua http://www.matabanua.com/kolom/opini/98-opini/2891-zikir-menulis-buka-kesadaran-kritis-.html

Published by HE. Benyamine

Langit yang sama, bumi yang sama, meskipun berada di sisi kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

3 thoughts on “ZIKIR MENULIS EWA BUKA KESADARAN KRITIS

  1. Yoi terima kasih. Saya merasa tersanjung oleh Mas Benyamin nich. Nah, kapan tulisan-tulisan enerjik Mas diterbitkan? Kapan ya. Salam.

    ** Memang layak disanjung, tapi masih ingat berdiri kan. Sebenarnya, saya yang merasa sangat tersanjung saat Pak Ersis mengundang dalam acara peluncuran buku, setidaknya saya salah satu saksi terbitnya buku tersebut.

  2. Buku-buku karya Bung Ersis, ingin sekali membantu Anda, kita semua, menjawab sapa: “Selamat Datang Penulis Muda”. Huruf-hurufnya mampu memberdayakan Anda.

    Setiap kalimat yang tersusun membiak menjadi sebuah dialog yang akrab, hangat, dan membahagiakan. Ia merupakan gabungan antara teks yang dibaca, dan pengalaman penulisnya. Buah dari mengakrabi semerbak kehidupan.

    Salam kenal dari http://www.taufik79.wordpress.com

    **Salam yang melapangkan dan memudahkan, semoga berlanjut dalam silaturahmi. Ulasan Pak Taufik tentang Pak Ersis mengena dan tepat sasaran, semoga kita mendapatkan kebaikan dari buku-buku tersebut, karena saya juga dapat hadiah buku yang sama dengan Pak Taufik.

Leave a comment