LENYAP TAK BERARTI
Aku tak ubahnya halimun di siang terik
tak lebih dari embun yang tersapu mentari
tak kurang dari sentuhan rasa di lidah
dan tak kurang dari keringat yang hilang terbawa angin.
Bila Aku dijadikan matahari, maka tunggulah saatnya terbakar.
Bila Aku dijadikan tugu, maka itulah nisan sendiri.
Aku kesombongan yang mendustakan diri sendiri.
Lenyap tak berarti
(29 Maret 2009)
ARUS
Wajahnya disapu arus yang bergemuruh
Tenggelam terus tenggelam
O. alangkah takjubnya
Dalam sungai ada bayangan sendiri menelan bulan
Hilang diri tersapu kilatan halilintar
Arus terus berganti wajah
Dalam arus angan yang membadai
Terus tenggelam terus menggenggam
Sadarlah dalam arus yang mengalir
Hentakan guntur sekejap berlalu
Biar tetap terasa dalam tiada
Ada diri terus mengada
(7 Februari 2009)
CUKUPLAH NURANI INI
Hanya karena perasaan telah berkata
Nurani ini menatap langit
Nampak sinar terang berjarak
Tak kucari saksi atas hatiku
Cukuplah nurani ini
Mendekap cinta himpun keabadian
(20 Januari 2009)
ENGKAU ITU CAHAYA
Janganlah kau minta cahaya meski setitik
karena engkau itu cahaya
Janganlah kau berharap bersama bintang dan bulan di angkasa
karena engkau itu salah satu bintang yang bersinar
Janganlah kau berhenti bermimpi dan berharap
karena engkau itu hidup bersama mimpi
Janganlah kau tunggu datangnya cahaya mentari
karena engkau itu sudah tahu besok mentari bersinar dari Timur
Janganlah kau melepaskan sabar dan doa
karena engkau itu insan pembelajar yang sadar kefanaan
Janganlah kau memutuskan berhenti di jalan buntu
karena engkau itu pencari jalan yang ulung
Janganlah kau mengambil kemuliaan di luar diri
karena engkau itu diciptakan sebaik-baik bentuk
(18 Januari 2009)
MASIH ADA
Jalan itu masih sama
waktu memberi jarak
masih tersisa rindu
yang mampu hapus jarak
kebersamaan itu masih sama
waktu pisahkan langkah
masih ada arah terkenang
yang beri tali pengikat
(15 Januari 2009)
MERINDULAH
Rindu menghapus jarak
sejauh-sejauhnya jarak memisahkan
jika rindu datang
ada di dada apa yang dirindukan.
Manakala rindu hilang …
apa yang ada di depan mata terasa berjarak
mulailah merindukan kembali
memudahkan gerak perasaan dan pikiran
menghapus jarak dan ruang
Merindulah …
(Banjarbaru, 25 Desember 2008)
MENULISLAH SAAT KAU ADA
Jangan membaca puisi cinta, saat engkau menulis rasa gumpalan cinta rindu menggunung
Jangan bertanya kepada penyair cinta, saat engkau sedang menulis betapa ingin hatimu mendengar semerbak wangi kabar
Jangan berhenti berharap cinta, saat engkau sudah menulis ungkapan jiwa merindu membiru menabrak seribu halangan
Jangan tunjukkan ketegaran meramu senyum, saat engkau mulai menulis kerapuhan diri dalam kebimbangan gejolak batin merayu sahdu
Jangan mengeluh atas dirimu, saat engkau mau menulis kepaduan diri biarpun berlinang membasah betapa kuat dorongan memendam rindu
Jangan malu senandungkan puisi cinta, saat engkau menulis rangkaian kata yang terbatas.
Jangan serius menatap matahari, saat engkau telah menulis bertahta matahari dalam diri.
Jangan bosan merangkai makna penantian, saat engkau baru menulis tunggak keberanian menjemput rindu
Jangan tidak menulis, saat kekasih merindu lautan tinta menulis sekuntum bunga bercahaya kata.
Menulislah, saat kau ada.
Banjarbaru, 25 Desember 2008
Wah…mantaaab… kalau masalah puisi, saya gak akan sanggup melawan…he..he..
woww…kumpulan puisii yg indaah… KEREEENNN *berbinar-binar*
HEB : Terima kasih telah mampir.
walaupun singkat singkat tapi puisinya berjuta makna, maknyos banget pak jangan jangan niha Parade Puisi Cinta jg hehe
wah ini pasti ikut lomba piusi pakdhe cholik, ya pak, pian hebat deh baulah puisi
Assalaamu’alaikum
Aduuhh… sahabatku yang hebat berpuisi ini.. Kok semua puisinya dikumpul dalam satu hidangan… pusing kok mahu pilih yang mana satu untuk ditelan buat santapan..
Saya sangat megkagumi daya fikir saudara dalam menghasilkan puisi-puisi indah sebegini. penuh dengan makna tersurat dan tersirat. Saya seorang pengkagum yang setia terhadap puisi-puisi saudara HEB..
Kalau saya ada permintaan.. mahu kok ditunaikan untuk saya.. tanya dulu nih… kalau sudah ada persetujuannya… baru saya katakan kemudian…. he.he..he.. kalau dibilang awal.. bimbang ditolak..
Ah.. nggak mahu beri ulasan apa-apa kok.. semuanya bagus, nyaman membaca dan indah bicaranya.. saya sudah mulai faham apa yang saudara hembuskan melalui bicara puisi-puisi tersebut berbanding masa lalu kerana saya sudah boleh memahami bahasa Indonesis sedikit demi sedikit hasil persahabatan dunia maya ini.
Salam mesra dan salam hangat dari Malaysia.
indah..
*bingung mau komen apa*
weh banyak banget puisinya
Jadi pengen nulis puisi.Coz,saya juga suka mengungkapkan perasaan lewat puisi…
Luar biasa pak, Puisinya indah indah.
Kalau saya diminta memilih puisi of the yearnya
(karena menjelang akhir tahun), maka saya memilih
puisi dengan judul “ENGKAU ITU CAHAYA”.
Two thumbs up, mas.
Congratulation.
keren…keren….
masalah puisi…nyerah dech…. :0 :0 :0 :0
lidah kian kaku,fikiran kian narsis dan lebay kalo bikin puisi (malu)
salam hangat
cuma mau bilang ini keren BGT
lirik2 puisinya mantab dan oke banget, bang ben. saya merasakan suasana tragis yang terpancar di balik lirik2 itu. sebuah kesaksian terhadap fenomena hidup yang sarat anomali dalam kepekaan intuitif seorang penyair. hmmm … salut!
Saya belom pernah berhasil bikin puisi. Mantap!
hebattt dan keren !!
andaikan bisa buat seperti itu, keren kali ya?! sayangnya baru sebatas bisa menikmatinya saja.
Cara Membuat Web
Mantaaaap panjaangnya 😆
kumpulan puisi yang sangat indah…pak…
okey…kalau puisi itu memang bahasa nurani dan pemahaman harus dengna nurani juga itu baru nyambung…he…he….
wah, lagi semangat nulis puisi nih.
bagus… bagus… bagus….
wah,bagus-bagus tulisannya,puisinya juga bagus
maunya jadi apa coba
(puisi paling atas)