PUISI (16)


LENYAP TAK BERARTI

Aku tak ubahnya halimun di siang terik

tak lebih dari embun yang tersapu mentari

tak kurang dari sentuhan rasa di lidah

dan tak kurang dari keringat yang hilang terbawa angin.

Bila Aku dijadikan matahari, maka tunggulah saatnya terbakar.

Bila Aku dijadikan tugu, maka itulah nisan sendiri.

Aku kesombongan yang mendustakan diri sendiri.

Lenyap tak berarti

(29 Maret 2009)

ARUS

Wajahnya disapu arus yang bergemuruh

Tenggelam terus tenggelam

O. alangkah takjubnya

Dalam sungai ada bayangan sendiri menelan bulan

Hilang diri tersapu kilatan halilintar

Arus terus berganti wajah

Dalam arus angan yang membadai

Terus tenggelam terus menggenggam

Sadarlah dalam arus yang mengalir

Hentakan guntur sekejap berlalu

Biar tetap terasa dalam tiada

Ada diri terus mengada

(7 Februari 2009)

CUKUPLAH NURANI INI

Hanya karena perasaan telah berkata

Nurani ini menatap langit

Nampak sinar terang berjarak

Tak kucari saksi atas hatiku

Cukuplah nurani ini

Mendekap cinta himpun keabadian

(20 Januari 2009)

ENGKAU ITU CAHAYA

Janganlah kau minta cahaya meski setitik

karena engkau itu cahaya

Janganlah kau berharap bersama bintang dan bulan di angkasa

karena engkau itu salah satu bintang yang bersinar

Janganlah kau berhenti bermimpi dan berharap

karena engkau itu hidup bersama mimpi

Janganlah kau tunggu datangnya cahaya mentari

karena engkau itu sudah tahu besok mentari bersinar dari Timur

Janganlah kau melepaskan sabar dan doa

karena engkau itu insan pembelajar yang sadar kefanaan

Janganlah kau memutuskan berhenti di jalan buntu

karena engkau itu pencari jalan yang ulung

Janganlah kau mengambil kemuliaan di luar diri

karena engkau itu diciptakan sebaik-baik bentuk

(18 Januari 2009)

MASIH ADA

Jalan itu masih sama

waktu memberi jarak

masih tersisa rindu

yang mampu hapus jarak

kebersamaan itu masih sama

waktu pisahkan langkah

masih ada arah terkenang

yang beri tali pengikat

(15 Januari 2009)

MERINDULAH

Rindu menghapus jarak

sejauh-sejauhnya jarak memisahkan

jika rindu datang

ada di dada apa yang dirindukan.

Manakala rindu hilang …

apa yang ada di depan mata terasa berjarak

mulailah merindukan kembali

memudahkan gerak perasaan dan pikiran

menghapus jarak dan ruang

Merindulah …

(Banjarbaru, 25 Desember 2008)

MENULISLAH SAAT KAU ADA

Jangan membaca puisi cinta, saat engkau menulis rasa gumpalan cinta rindu menggunung

Jangan bertanya kepada penyair cinta, saat engkau sedang menulis betapa ingin hatimu mendengar semerbak wangi kabar

Jangan berhenti berharap cinta, saat engkau sudah menulis ungkapan jiwa merindu membiru menabrak seribu halangan

Jangan tunjukkan ketegaran meramu senyum, saat engkau mulai menulis kerapuhan diri dalam kebimbangan gejolak batin merayu sahdu

Jangan mengeluh atas dirimu, saat engkau mau menulis kepaduan diri biarpun berlinang membasah betapa kuat dorongan memendam rindu

Jangan malu senandungkan puisi cinta, saat engkau menulis rangkaian kata yang terbatas.

Jangan serius menatap matahari, saat engkau telah menulis bertahta matahari dalam diri.

Jangan bosan merangkai makna penantian, saat engkau baru menulis tunggak keberanian menjemput rindu

Jangan tidak menulis, saat kekasih merindu lautan tinta menulis sekuntum bunga bercahaya kata.

Menulislah, saat kau ada.

Banjarbaru, 25 Desember 2008

Published by HE. Benyamine

Langit yang sama, bumi yang sama, meskipun berada di sisi kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

20 thoughts on “PUISI (16)

  1. walaupun singkat singkat tapi puisinya berjuta makna, maknyos banget pak jangan jangan niha Parade Puisi Cinta jg hehe

  2. Assalaamu’alaikum

    Aduuhh… sahabatku yang hebat berpuisi ini.. Kok semua puisinya dikumpul dalam satu hidangan… pusing kok mahu pilih yang mana satu untuk ditelan buat santapan..

    Saya sangat megkagumi daya fikir saudara dalam menghasilkan puisi-puisi indah sebegini. penuh dengan makna tersurat dan tersirat. Saya seorang pengkagum yang setia terhadap puisi-puisi saudara HEB..

    Kalau saya ada permintaan.. mahu kok ditunaikan untuk saya.. tanya dulu nih… kalau sudah ada persetujuannya… baru saya katakan kemudian…. he.he..he.. kalau dibilang awal.. bimbang ditolak..

    Ah.. nggak mahu beri ulasan apa-apa kok.. semuanya bagus, nyaman membaca dan indah bicaranya.. saya sudah mulai faham apa yang saudara hembuskan melalui bicara puisi-puisi tersebut berbanding masa lalu kerana saya sudah boleh memahami bahasa Indonesis sedikit demi sedikit hasil persahabatan dunia maya ini.

    Salam mesra dan salam hangat dari Malaysia.

  3. Luar biasa pak, Puisinya indah indah.
    Kalau saya diminta memilih puisi of the yearnya
    (karena menjelang akhir tahun), maka saya memilih
    puisi dengan judul “ENGKAU ITU CAHAYA”.

    Two thumbs up, mas.
    Congratulation.

  4. keren…keren….
    masalah puisi…nyerah dech…. :0 :0 :0 :0
    lidah kian kaku,fikiran kian narsis dan lebay kalo bikin puisi (malu)

    salam hangat

  5. lirik2 puisinya mantab dan oke banget, bang ben. saya merasakan suasana tragis yang terpancar di balik lirik2 itu. sebuah kesaksian terhadap fenomena hidup yang sarat anomali dalam kepekaan intuitif seorang penyair. hmmm … salut!

Leave a comment