PUISI (6): SUNGAI MINTA MATI & TONG SAMPAH


SUNGAI MINTA MATI
Aliran tersumbat berdarah darah
Mengalir terseret aniaya
Hilir meranggas hulu luka bernanah
Menjalar tanpa arah menarik yang tak berdaya

Oh! Mimpi buruk sungai sekarat hampir tenggelam
Bangunlah! Sungai berdarah-darah memohon mati
Tak tahan mendendam memikul kelam
Minta mati! Hingga terkubur tak berarti

Banjarbaru, 10 januari 2009

TONG SAMPAH

Sungguh serakah lagi angkuh
Sebar puntung menimbun rumah
Sudah lupa tempat buang hajat
Pamerkan yang terbuang terkapar di sembarang tempat

Tong sampah gagu termangu
Terpaku tatap yang berlalu
Taat menanti yang dibuang
Mengharap ada suguhan buat lalat yang datang

Tong sampah kosong terpojok kalah
Sudah berkarat menanti berkah
Ternyata banyak yang tak acuh
Berlalu membekap lagi melahap sampah

Banjarbaru, 7 Januari 2009

Published by HE. Benyamine

Langit yang sama, bumi yang sama, meskipun berada di sisi kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

22 thoughts on “PUISI (6): SUNGAI MINTA MATI & TONG SAMPAH

  1. Mimpi buruk sungai sekarat…
    berdarah-darah memohon mati.

    Tersula pedih rasa
    di dada kuburan merah
    di perut kubur hati.

    Peduli? Tiada! Tak juga mereka.

    Asa itu apa…. asa itu dimana
    Hilang… asap melayang!

    HEB : Ya … rasanya asa melayang entah kemana!

  2. karena kita telah berbuat zalim pada sungai
    dari tempat peraih inspirasi
    menjadi penampungan barang basi
    Ayo bersepeda menyusuri tanah, kerikil dan aspal di pinggir sungai

    HEB : Menyenangkan dapat bersepeda menyusuri tanah, kerikil, dan aspa di pinggir sungai … andai saja sungai tidak tertutupi dengan bangunan di bantarannya. Terima kasih telah mampir, salam.

  3. kedua puisinya membuat saya miris, mas benyamine.
    apalagi soal tong sampah yang patuh menanti yang dibuang buat suguhan lalat yang datang. tapi seringkali tong sampah tak berfungsi semestinya, karena orang merasa bebas menjadikan semua tempat untuk menampung sampah. uh!

    makanya kita jangan buang sampah sembarangan, biar tong sampah bahagia bisa bekerja paripurna.

    HEB : Iya … memang miris bila melihat perilaku membuang sampah sembarangan, seolah-olah semua tempat adalah TPS.

  4. Ini bagus juga nih untuk campagne Lingkungan hidup. Kampanye bersih2 alias clean up the world…jangan kalah dengan kampanye caleg pak ya…
    salam bravo

    HEB : Ayo … bersih-bersih lingkungan hidup. Kebersihan sebagian dari iman. Salam hangat

  5. *makasih banget mas dah berkunjung…,

    *Luar biasa anda menghidupkan ‘Tong Sampah’ sebagai satu bentuk personifikasi dalam rangkaian syair anda, bagus sekali. Menunjukkan tingkat kepedulian yg tinggi..,

    HEB : Terima kasih.

  6. Assalamu’alaikum….

    Asyik betul membaca bahasa yang dituangkan dari minda saudara. Indah, puitis, ringkas dan penuh bermakna. Saya kagum dan sentiasa kagum akan penulisan yang mempunyai keindahan kata kerana tidak semua orang dapat menguasai bahasa sedemikian melainkan dia banyak membaca, bermain kata dan rasa dalam diri untuk diluahkan sebagai satu kepuasan dalam monolog diri yang akhirnya menzahirkan sesuatu yang luar biasa dari biasa.

    Saudara telah memberi pelbagai rempah dan rencah dalam mencari ilham yang lain dari yang lain. teruskan usaha sedemikian. Salam hormat selalu.

  7. Sungai kita tak seperti dulu kala…

    HEB : Sungai yang dulu … tapi tidak seperti yang dulu … dan ada juga hanya ada dalam ingatan bahwa disitu dulu ada sungai.

  8. Semoga kebersihan lingkungan bisa menjadi ruh dalam kita berih diri dan lingkungan, sehingga tetap terjaga keindahan sungainya yang luar biasa, lingkungan sekitar pun indah dan enak dipandang mata

    HEB : Ya … bersih diri dan lingkungan.

Leave a reply to randualamsyah Cancel reply