Terasa mendekat masa penantian mengembara
tangan ku erat memegang bilangan tersisa
biar kerinduan hapus jarak dan ruang; membanjiri hati
keharuan sunyi kehilangan tempat sembunyi
Malam berbisik ajak terjaga
susuri detak kebahagiaan yang menjalar
mengalir kidung merasuk aliran darah degupkan dada
keharuan sunyi tertahan menjemput fajar
Kerinduan menyatu darah
tangan ku kuat menggandeng bilangan tersisa
biar perpisahan di depan mata; siap berlabuh
kembangkan layar bersama pengembaraan ku di dunia
Banjarbaru, 3 September 2010
keren banget puisinya om ….
wah… seperti ada yang berbisik…
saya suka diksi yang ini: malam berbisik ajak terjaga 🙂
puisi bang ben selalu menarik dan reflektif dengan diksi dan rima yang tertata (nyaris) sempurna.
Puisinya keren nich
lagi nunggu siapa yach … heeeeee
sy juga paling suka buat puisi dan ikut lomba, beberapa siswa bisa jadi juara 😳
salam kenal ya
………………………………
Mohon maaf mbak, mohon doa dan bantuannya di
http://bchree.wordpress.com/2011/03/09/mohon-do%E2%80%99a-dan-bantuannya/
jazakumullah …
Assalaamu’alaikum Wr. Wb sahabat HE. Benyamine…
Membaca puisi di atas, secara jujur, saya belum bisa menangkap secara tuntas apa yang diungkap. Sepertinya ilmu puisi saya masih jauh mengatasi makna mendalam yang menjadi keistimewaan mas Ben dalam menulis bahasa sastera yang berurat-urat. Saya sungguh kagum dengan rangkap kata yang mas Ben suratkan. Indah, mempesona.
Kehidupan ini harus juga dilanjutkan walau banyak badai yang melanda dan gelora yang berusaha untuk menyisanya. Tidak tidak dikembangkan layar kekuatan, pasti tidak akan sampai ke pelabuhan.
Semoga selalu ceria dalam segala kehidupan yang dilalui. Terima kasih mas Ben atas kebaikan dalam persahabatan selama ini.
Salam hangat dan mesra selalu dari Sarikei, Sarawak.
Artinya apa ya…?
Puisi ini mengingatkan ane pada saat waktu lagi sendiri sepi,,
Mantap sekali puisinya, Bang. Sungguh larut aku membacanya. Salam sastra dan selamat terus berkarya….