Menari Bersama di Taman Budaya (Hari Tari Dunia 2015)


Oleh: HE. Benyamine

Memasuki kawasan Taman Budaya Kalimantan Selatan pada tanggal 29 April 2015 sore, seakan berada dalam perspektif tiada titik yang tak bergerak, menjadi bagian keindahan dan keceriaan dengan senyum yang penuh energi; semua bergerak saling mendobrak kebuntuan dan melepaskan kungkungan. Suasana peringatan Hari Tari Dunia 2015 (pertama kali di Kalimantan Selatan) yang diorganiser Sanggar Campaka Sadahan (SCS) dengan partisipasi sanggar/kelompok yang menginisiasi tema Kemerdekaan Tari Kalimantan Selatan, bersinergi dengan pesan Israel Galván, koreografer/dancer asal Spanyol, pada peringatan International Dance Day 2015, “Carmen Amaya, Valeska Gert, Suzushi Hanayagi, Michael Jackson…I see them as energy-generating turbines and this makes me think about the importance of choreography on that energy of the dancer. The important thing is probably not the choreography, but specifically that energy, the whirlwind which it triggers.” Tentu lebih dari itu, lebih penting, gravitasi keindahan menguat secara bersama.

Sanggar Nuansa
Sanggar Nuansa

Dalam peringatan Hari Tari Dunia ini, tarian atau tampilan memang sesuatu yang biasa saja, tetapi lebih bermakna bagaimana energi yang memacu dan mendorong secara bersama yang tidak biasa, bahkan sesuatu yang luar biasa. Satu dengan yang lain dapat saling mengapresiasi dan hadir dalam gerak yang berbeda dan berkolaborasi, seakan seperti yang sering terlihat tetapi menemukan kebaruan yang orisinil. Ada bayangan hal ini pernah dilakukan sebelumnya, suatu harapan yang terpendam sesungguhnya, sehingga tampil sebagaimana adanya dengan energi yang bersinar di setiap titik tanpa membatasi siapa saja untuk menempati posisi ketika menyaksikan; berbaur dan tak beraturan, yang merefleksikan inilah taman budaya – indah dan dalam gravitasi yang harmonis.

Pada peringatan ini, komunitas seni rupa, salah satunya Sanggar Seni Rupa Sholihin, nampak juga menari dengan titik dari pencil atau spidol, yang merupa sketsa, seakan mengingatkan beberapa abad yang lalu bagaimana Sergei Diaghilev, penari ballet Rusia terkenal, ketika mengorganiser pertunjukannya dengan mengundang para pelukis dan musisi yang berbakat pada masanya untuk terlibat dan menjadi bagian dari pertunjukan. Namun, saat ini, Dr. Alkis Raftis, President of the International Dance Council CID, UNESCO, di Paris memandang dalam pesannya untuk Dance Day 2015, “I have the impression that present day choreographers neglect the other arts, do not feel the need to present their creations alongside their equals in other fields.” Lebih lanjut, “I am sure audiences would appreciate more arts included in dance performances, starting with the classical arts: painting, sculpture, theater, music, poetry, architecture, as well as more modern forms like photography, cinema, multimedia, lighting design, sound design. Let me go further in proposing to enrich choreography with the humanities (history, literature, philosophy and linguistics). Personally I would particularly enjoy storytelling, martial arts, and – I mean it very seriously – culinary arts.” Di sini juga terlihat komunitas fotografer yang menari dengan kameranya, di antaranya Lensa Kalimantan Selatan.

Hal tersebut memang tidak ada yang baru, setelah 25 abad yang lalu, di mana Yunani telah melakukannya pada symposia, sekarang kembali ide dan gagasan bahwa pertunjukan sudah saatnya menggabungkan kembali sebanyak mungkin jenis seni, sebagaimana Israel Galván harapkan, “ I would like to be able to dedicate this International Dance Day and these words to any person in the world who is dancing just at this moment. But, allow me a joke and a wish: dancers, musicians, producers, critics, schedulers, let’s have a party finale, let’s all dance, as Béjart did, let’s dance in style, let’s dance the Bolero by Ravel, let’s dance it together.”

Dengan mendorong dan berbasis partisipasi, kegiatan ini secara langsung membuka ruang ekspresi dan apresiasi, yang sesuai dengan fungsi yang diharapkan SCS selaku organiser Hari Tari Dunia 2015, seperti (1) membangkitkan semangat kebersamaan serta silaturahmi melalui seni yang kolaboratif, dan (2) mengisi ruang ekspresi dan apresiasi bagi pelaku seni dan masyarakat Kalimantan Selatan, sehingga terlihat pengertian seni yang “mencari secara hormat dan jujur” – penghargaan pada wujud kebersamaan dan saling memberi kegembiraan, jelas suatu harapan akan keindahan dengan kuat gaya gravitasinya.

Tentu saja, harapan kepala Taman Budaya, Drs. Sirajudin, MPd., untuk lebih melihat dan mengendepankan sikap apresiasi yang positif dan membuka ruang yang lebar untuk kritik dengan daya seninya ketika memberikan sambutan pada kegiatan ini, merupakan suatu harapan bersama yang perlu terus didorong agar lebih indah gerakannya. Kegiatan ini secara tidak langsung, sudah merupakan kritik pada bagaimana selama ini ruang yang ada tidak menjadi tempat ekspresi dan malah menjadi pembatas karena ketentuan formal yang menutup pintu partisipasi. Sehingga, kritik merupakan bagian yang inherin dengan setiap kegiatan, dan tidak perlu ketentuan khusus, karena setiap kritik selalu terbuka dengan cara berpikir yang menerimanya, lalu menempatkannya sesuai penerimaannya yang berbeda bagi setiap orang.

Dalam hal partisipan yang dirumuskan penggerak kegiatan ini, memang terlihat ada pemilahan dalam karangka acuan; partisipan yang mendukung secara langsung sebagai pengisi acara dan partisipan tidak langsung sebagai bagian yang menyaksikan tampilan, yang dalam pelaksanaannya menjadi hal yang tak dapat dipilah karena semua yang hadir merupakan bagian dari pertunjukan itu sendiri – gerak, sebenarnya sudah jelas dinyatakan dalam kerangka acuan kegiatan sebagai “Pergerakan adalah tanda dari kehidupan yang nyata. Subtansi tari adalah gerak tubuh manusia dengan kesatuan dari daya pikiran, imajinasi, dan emosi yang terorganisir serta telah dimaknai”. Semua dapat mengapresiasi dengan gerak, tak penting batas, karena yang hadir merupakan bagian dari gerak dengan energi masing-masing. Semua yang hadir merupakan partisipan, karena semua bergerak untuk menguatkan daya gravitasi bersama.

Sedangkan bentuk kegiatan, dengan daya gravitasi yang saling menguatkan, pertunjukan dari sanggar/komunitas dan pengunjung itu sendiri, menjadi sesuatu yang luar biasa secara beruntun tampil UKM Bapantulan, Sanggar Paris Barantai dengan tari giring-giring, Chacatuk Perkusi menghentak dan bergetar dalam seni musik, Sanggar Nuansa masuk dengan medley tari tradisi Kalimantan Selatan, Sanggar Campaka Sadahan (SCS) mengungkap Jujung Patilarahan dalam tari kreasi Dayak, Sanggar Lawang yang meretaskan tari kreasi mix, Erpan Lele dan Lukman mengelaborasi Sasala dengan tari kotemporer, Komunitas Dayak Borneo melantaikan tari kreasi dari tari pedalaman Dayak, Borneo Floor Squad menggoyang dengan tari modern, Sanggar Galuh Banjar yang menampilkan tari Japin Sigam, Komunitas Dapur Teater Kalsel dengan seni musik mengeksplorasi bunyi kintung, Gita Kinanthi dan Sanggar Campaka Sadahan mencacah lantai dengan tari kontemporer, Sanggar Paris Barantai melesapkan tari tradisi kuda gipang, Borneo Floor Squad kembali dengan freestyle dan flashmob, dan kolaborasi seluruh partisipan (juga penonton) langsung mengisi ruang untuk bersama-sama menari.

Peringatan Hari Tari Dunia 2015 di kawasan Taman Budaya Kalimantan Selatan, yang pertama kali dilaksanakan, merupakan bagian dari gerak dengan energi yang dikatakan Israel Galvan dengan “the whirlwind which it triggers “ yang mendobrak kebekuan dan kemapanan ruang kedap kritik. Di samping itu, keterlibatan bidang seni lainnya, seperti musik, seni rupa, fotografer, media massa, dan lainnya, merupakan bagian dari gerak kolektif untuk terus memperkuat daya gravitasi keindahan. Let’s dance together, menarilah maka akhirnya keindahan.
Banjarbaru, 1 Mei 2015

Published by HE. Benyamine

Langit yang sama, bumi yang sama, meskipun berada di sisi kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

One thought on “Menari Bersama di Taman Budaya (Hari Tari Dunia 2015)

  1. nyesal banar smalam kd kw menyaksikan hari tari dunia ini di taman budaya
    soalnya begawi smalam tuh
    banyak banar jer penarinya dari berbagai kalangan dari kecil hingga yang tua

Leave a comment